Waspadai Penyebaran Malaria Saat Musim Kemarau

Bandar Lampung (Lampost.co)--Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung mengimbau masyarakat agar waspada terhadap Malaria Plasmodium Falciparu yang kerap menjangkit saat musim kemarau.
“Malaria Plasmodium Falciparu adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium falciparum. Penularannya melalui gigitan nyamuk jenis anopheles,” kata Ketua Bidang Kajian Penyakit dan Mitigasi Bencana IDI Lampung, dr. Aditya, M Biomed. Rabu, 3 Mei 2023.
Aditya mengatakan Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori rawan terjangkit Malaria. Sebab berdasarkan penelitian, nyamuk penyebab Malaria dapat berkembang biak pada habitat di sekitar garis pantai.
Baca juga : Tiga ZOM di Lampung Sudah Masuki Musim Kemarau, Berikut Daftar Wilayahnya
"Malaria ini ada kriteria tempat-tempat tertentu dan yang paling rawan adalah daerah pinggir pantai seperti Bengkulu, Banten, Jawa Barat, dan termasuk Lampung," ujarnya.
Waktu berkembang biak nyamuk jenis anopheles penyebab malaria berbeda dengan nyamuk jenis Aedes Aegypti penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Jenis atau media penyebarannya juga berbeda.
Baca juga : Hadapi Kemarau, Ini Tindakan yang Bisa Dilakukan Petani
“Aedes Aegypti itu berkembang biak saat musim hujan dengan habitat air bersih, kalau anopheles penyebab malariabanyak ditemukan saat musim kemarau dengan habitat air yang kotor,” kata dr. Aditya.
Aditya meminta masyarakat untuk waspada akan penyebaran penyakit tersebut. Sebab penyakit Malaria Plasmodium Falciparum dapat menyebabkan serangan pada organ hati dan otak.
"Gelala malaria kan biasanya demam menggigil, dan itu tergantung parasit malarianya. Kalau jenis plasmofium falciparum ini biasanya dokter akan lebih agresif dalam memberikan obat," jelasnya.
Untuk mencegah terjangkit Malaria Plasmodium Falciparum salah satu Tindakan yag dapat dilakukan masyarakat adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
"Yang terpenting adalah menjaga dan memperbaiki lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan harus dibudayakan. Karena tidak menutup kemungkinan penyakit-penyakit berbasis lingkungan bakal banyak seiring dengan berbagai bentuk fenomena alam yang terjadi," ujarnya.
EDITOR
Putri Purnama
Komentar