#beritalampung#beritalambar#kesehatan#difteri

Suspek Difteri, Seorang Bocah di Belalau Lambar Meninggal Dunia

Suspek Difteri, Seorang Bocah di Belalau Lambar Meninggal Dunia
Suspek difteri, bocah warga Lambar meninggal, Rabu, 8 Maret 2023. Dok/Aparatur Pekon


Liwa (Lampost.co): Seorang bocah berusia 9 tahun asal Pekon Hujung, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat, bernama Herman Susilo meninggal karena suspek difteri.

Ia meninggal Rabu dini hari, 8 Maret 2023, setelah sebelumnya menjalani perawatan di puskesmas dan Rumah Sakit Alimudin Umar Lampung Barat.

Peratin Pekon Hujung, Ismet Liza, mengaku berdasarkan keterangan dari petugas kesehatan yang menangani, bahwa warganya itu diduga terjangkit defteri.

Ia menuturkan, awalnya almarhum mengalami sakit. Kemudian orang tuanya pada Senin (6 Maret 2023) membawanya ke Puskesmas Belalau. "Setelah diperiksa hasilnya mengarah ke gejala difteri. Karena itu petugas puskesmas merujuknya ke Rumah Sakit Alimudin Umar," ujarnya, Rabu, 8 Maret 2023.

Namun setelah mendapat perawatan di RSU Alimudin Umar dan sekitar pukul 01.00 WIB, Rabu (8 Maret 2023), ia dirujuk ke RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung. Akan tetapi saat di dalam perjalanan tiba di Simpang Luas, Kecamatan Batu Ketulis, kondisinya semakin melemah sehingga orang tuanya dan petugas membawanya kembali ke Puskesmas Belalau.

"Kemudian sekitar pukul 02:00 WIB, bocah tersebut dinyatakan meninggal dunia. Sekitar pukul 04:00 jenazah dibawa pulang ke rumah duka," terangnya.

Ismet mengaku, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, karena defteri merupakan penyakit menular, maka proses memandikan jenazah dengan dibantu oleh pihak petugas Puskesmas Belalau yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri.

Sementara itu, Direktur RSUD Alimudin Umar, dr Iman Hendarman, membenarkan jika pasien tersebut sempat mendapat perawatan di rumah sakit yang dipimpinnya itu. Namun untuk penyebab kematian pastinya pihaknya belum dapat menjelaskan secara rinci apakah karena difteri atau bukan.

"Kalau dilihat dari gejalanya betul mengarah ke difteri, tapi itu baru sebatas suspek karena untuk memastikannya perlu dilakukan uji lab dulu," kata Iman.

"Untuk pasien yang mengidap difteri penanganannya juga harus di RSUDAM dan untuk memastikannya apakah difteri atau bukan, maka pemeriksaan kultur swabnya juga dilakukan di Jakarta," sambung dia.

Pihaknya, kata dia, juga sudah mengambil sampel darah dan telah dikirim untuk dilakukan uji laboraturium pusat. "Karena itu, hasil pemeriksaan labol tersebut masih ditunggu," ujarnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, kata Iman, pasien tersebut didiagnosa mengalami penyakit tonsilitis atau peradangan di dua bantalan jaringan berbentuk oval yang terletak di belakang tenggorokan.

EDITOR

Adi Sunaryo


loading...



Komentar


Berita Terkait