Suhu Dingin Ekstrem Hambat Pencarian Korban Gempa Turki dan Suriah

Hatay (Lampost.co) -- Kondisi suhu dingin ekstrem menghambat upaya pencarian korban gempa di Turki dan Suriah sepanjang Selasa. Sehari setelah gempa kuat melanda kedua negara tersebut dan menewaskan lebih dari 4.300 orang.
Ketika skala kehancuran akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,8 terus berlanjut di Turki dan Suriah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan jumlah korban tewas di kedua negara dapat melebihi 20.000.
Misi penyelamatan internasional beramai-ramai mendatangi Turki dan Suriah. Para petugas bekerja sepanjang malam untuk menemukan korban selamat hingga Selasa dini hari.
Guncangan yang terjadi di saat sebagian besar orang sedang terlelap itu menghancurkan banyak bangunan di Turki dan Suriah. Khusus untuk Suriah, gempa kali ini semakin menambah penderitaan masyarakat di tengah perang saudara yang berlangsung selama lebih dari satu dekade.
BACA JUGA: Korban Tewas Gempa Turki dan Suriah Lampaui 1.200
Selasa ini, di bawah tumpukan puing di provinsi Hatay, Turki selatan, suara seorang wanita terdengar meminta bantuan. Menangis di tengah hujan, seorang warga sekitar yang menyebut namanya sebagai Deniz mengaku putus asa saat mendengar suara minta tolong.
"Mereka meminta tolong, tapi tidak ada yang datang," kata Deniz. "Kami hancur, kami hancur. Ya Tuhan. Mereka terus memanggil. Mereka berkata, 'Selamatkan kami,' tapi kami tidak bisa menyelamatkan mereka. Bagaimana akan menyelamatkan mereka? Tidak ada siapa-siapa sejak pagi," sambungnya, dikutip dari laman Guardian.
Di kota Kahramanmaras di tenggara Turki, para warga berjuang untuk memahami skala kehancuran dari guncangan gempa kali ini.
"Kami mengira ini adalah kiamat,” kata Melisa Salman, seorang reporter berusia 23 tahun. "Ini adalah pertama kalinya kami mengalami hal sebesar itu," lanjutya.
Sejumlah orang diyakini masih terperangkap di bawah reruntuhan, dan upaya untuk menemukan korban selamat terhambat suhu dingin ekstrem. Koneksi internet yang buruk dan jalan rusak antara beberapa kota terparah di selatan Turki, rumah bagi jutaan orang, juga menghambat upaya penyelamatan.
Di Suriah, efek gempa diperparah kehancuran perang saudara selama lebih dari 11 tahun. Seorang pejabat tinggi kemanusiaan PBB mengatakan kekurangan bahan bakar di Suriah dan cuaca dingin menggigil juga menghalangi operasi pencarian korban.
"Infrastruktur rusak. Jalan yang biasa kami gunakan untuk pekerjaan kemanusiaan rusak. Kami harus kreatif dalam menjangkau para korban," tutur koordinator residen PBB El-Mostafa Benlamlih.
Agensi manajemen bantuan Turki, AFAD, mengatakan ada 2.921 kematian akibat gempa di seantero negeri. Sementara di Suriah, korban tewas mencapai 1.444, sehingga jumlah kematian gabungan yang dikonfirmasi menjadi 4.365.
Catherine Smallwood, petugas darurat senior WHO untuk Eropa, mengatakan kepada AFP jumlah kematian dapat meningkat delapan kali lipat dari jumlah awal, ketika perkiraan jumlah korban masih di kisaran 2.600-an.
"Kami selalu melihat hal yang sama di lokasi gempa bumi. Laporan awal jumlah korban tewas atau terluka biasanya akan meningkat cukup signifikan di minggu berikutnya," sebut Smallwood.
EDITOR
Effran Kurniawan
Komentar