Siswa SMP IT Insan Robani Jadi Korban Bully di Pemondokan

Kotabumi (Lampost.co): Sejumlah wali murid kelas VII, SMP Islam Terpadu (SMP IT) Yayasan Insan Robani, Kotabumi menggereduk sekolah yang berada di tepat dibelakang Stadion Sukung Kotabumi, Minggu, 15 November 2020.
Mereka mempertanyakan kinerja guru atau pembimbing yang mengelola sekolah. Sebab, anak mereka menjadi korban bully atau perundungan dari kakak kelasnya. Bahkan sampai pada penganiayaan fisik.
Para wali murid meminta kepada pengelola sekolah untuk dapat meningkatkan pengawasan serta perlakuan khusus kepada pelaku, sehingga tidak ada kejadian yang dapat mempengaruhi perkembangan anak didik sekolah setempat kedepannya.
"Anak kami ini kan mengikuti asrama di sekolah (boarding) atau istilah disini pemondokan, karena ini sekolah islam terpadu. Seharusnya ada perhatian lebih kepada siswanya. Sebab, orang tua atau murid harus mengeluarkan uang lebih dan itu tidak murah. Sementara anak kami disini mendapatkan bulian yang cukup menyakitkan. Bahkan diantaranya ada yang menerima penganiayaan fisik," ujar Romi, salah satu orang tua murid.
Menurutnya, kejadian itu telah berlangsung lama, sehingga timbul asumsi ada pembiaran disana. Namun, tidak ada tindakan dari pengelola sekolah, sehingga orang tua khawatir akan berakibat pada tumbuh kembang si anak. Pasalnya, masa SMP adalah fase cukup kritis terhadap perkembangan kedewasaan anak.
"Bagaimana tidak khawatir, mulai dari makanan mereka harus setor atau memberikannya kepada anak kelas VIII. Tak cukup disana, uang saku pun tak luput dari aksi bulian tersebut. Padahal mereka adalah kakak kelasnya tinggal bersama disana. Bahkan beberapa diantaranya mengalami luka dan lembam karena dianiaya dan disekap. Itu yang kami pertanyakan, kemana para guru dan pembimbingnya disana. Sebab telah berlangsung cukup lama sampai saat ini," ujarnya.
Para wali murid yang anaknya mengikuti kelas khusus (boarding) itu meminta pihak sekolah melakukan tindakan kongkrit, terkait perilaku kakak kelas yang melewati batas perilaku anak seumurannya itu.
"Harus memberikan sanksi tegas mengeluarkan atau menempatkan pada tempat khusus, sehingga tidak bertemu dengan anaknya yang berada di kelas tersebut," ujarnya.
Sebab, lanjut Romi, berdasarkan penuturan sang anak mereka ketakutan, bila harus berhadapan karena perilaku yang diterima selama ini dari kakak kelas.
"Jadi mereka ini sampai memata-matai. Kalau ada anak yang sampai melapor. Jadi wajar guru atau ustaznya tidak paham, sampai segitunya pemikiran mereka. Intinya anak kami jangan sampai dipertemukan atau disediakan tempat khusus bagi mereka (anak nakal) karena sudah lama dan rata-rata anak baru yang ikut pemondokan ini terkena semua," tambah dia.
Zainal, wali murid lain menambahkan pihaknya tidak segan-segan untuk membawa persoalan itu ke jalur hukum.
"Kami berharap kejadian ini tidak berlanjut, karena secara tidak langsung akan menjadi kebiasaan kedepannya. Saat ini mereka di bully, kedepan akan berlanjut kepada adik-adiknya. Sehingga menjadi suatu kebiasaan atau rantai (siklus) dalam makanan," ujarnya.
Sementara salah seorang siswa, A (13) mengungkapkan dia bersama beberapa rekan sekelasnya menerima perundungan dari kakak kelasnya hingga menyentuh kepada penganiayaan fisik sehingga mengurangi kenyamanan dalam menimba ilmu.
"Kami tidak berani bicara karena takut dipukuli dan diancam. Jadi kami memilih diam. Kalau ada makanan harus diberikan kepada mereka, ada duit diminta juga. Dan suatu waktu kami pernah juga disekap dalam kamar mandi dan dipukuli karena melakukan perlawanan," tambahnya,
Sementara itu, Kepala Pondok SMP lT Insan Robani, Kotabumi, Ari Budiman., mengaku tidak tahu-menahu kejadian itu. Sampai para orang tua melaporkan kejadian tersebut. Pihaknya mengaku selama ini telah melakukan pembinaan terhadap seluruh peserta didik mengikuti kelas khusus tersebut .
"Tentunya kami sebagai pelaksana dinlapangan akan terus mengupayakan terbaik, tetap kita lakukan pembinaan. Dan selama ini tidak pernah menerima laporan," kata dia.
EDITOR
Adi Sunaryo
Komentar