#beritainternasional

Putin dan Xi Jinping Bakal Capai Kesepakatan Besar

Putin dan Xi Jinping Bakal Capai Kesepakatan Besar
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada 2019. Foto: AFP


Moskow (Lampost.co) -- Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin memuji soliditas aliansi kedua negara, pada Senin, 20 Maret 2023. Pemimpin Tiongkok itu menuju ke Moskow untuk pertemuan puncak dengan presiden Rusia yang terisolasi secara internasional.
Xi menggambarkan perjalanannya sebagai perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian, meskipun Tiongkok dikritik negara-negara Barat atas apa yang mereka anggap sebagai dukungan diam-diam dan perlindungan diplomatik untuk perang Rusia di Ukraina.
"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Presiden Putin untuk bersama-sama mengadopsi visi baru dalam hubungan kedua negara,” tulis Xi Jinping dalam artikel di surat kabar Russian Gazette yang juga dimuat oleh kantor berita negara Tiongkok, Xinhua.

BACA JUGA: Usai Krimea, Vladimir Putin Datangi Kota Mariupol Ukraina

Selama ini, Tiongkok berusaha menampilkan dirinya sebagai pihak netral dalam perang Ukraina, dan kementerian luar negerinya mengatakan pekan lalu Beijing akan memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan pembicaraan damai antara Kyiv dan Moskow.
Putin menyambut langkah Beijing di Ukraina sebagai indikasi kesediaan untuk memainkan peran konstruktif dalam mengakhiri konflik, sambil mengatakan hubungan Tiongkok-Rusia berada pada titik tertinggi.
Perjalanan Xi berfungsi untuk mendukung Putin yang terisolasi, yang dalam langkah menantang pada hari Minggu pergi ke kota Mariupol, Ukraina. Itu menjadi kunjungan pertamanya ke wilayah yang direbut dari Kyiv sejak invasi Moskow pada Februari 2022.
Kunjungan Xi juga datang hanya beberapa hari setelah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin atas tuduhan kejahatan perang mendeportasi anak-anak Ukraina secara tidak sah.
Beijing mengatakan pada Senin ICC harus menghindari apa yang disebutnya "politisasi dan standar ganda", dan menghormati kekebalan bagi kepala negara. 
“Pengadilan harus menjunjung tinggi sikap objektif dan tidak memihak dan menghormati kekebalan kepala negara dari yurisdiksi berdasarkan hukum internasional,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin dalam pengarahan rutin.
“Solusi untuk konflik Ukraina tetap dialog dan negosiasi,” tambahnya.
Baik Tiongkok maupun Rusia bukanlah penandatangan Statuta Roma, yang membentuk ICC.
Xi, yang melanggar preseden lama untuk memulai masa jabatan ketiga sebagai presiden bulan ini, menyebut Putin sebagai teman lama.
Beijing dan Moskow semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir di bawah kemitraan tanpa batas yang berfungsi sebagai benteng diplomatik melawan Barat.
Tiongkok sebelumnya mengecam apa yang dilihatnya sebagai kampanye tekanan yang dipimpin AS terhadap Rusia saat perang Moskow di Ukraina berlarut-larut, alih-alih menyerukan apa yang disebutnya mediasi konflik yang tidak memihak. 

EDITOR

Effran Kurniawan


loading...



Komentar


Berita Terkait