Proporsional Tertutup Tanda Pemilu Tidak Demokratis

Bandar Lampung (lampost.co) -- Pengamat politik Universitas Lampung (Unila), Budi Harjo, menilai pemilihan umum (Pemilu) yang menggunakan sistem proporsional tertutup menandakan tidak demokratis.
Budi menjelaskan sistem proporsional tertutup tidak memberikan ruang kepada masyarakat untuk memilih calon-calon potensial.
"Kalau tertutup dominasi partai dan menunjukkan tidak demokrasi, kalau proporsional terbuka memberikan ruang kepada masyarakat," kata Budi, Kamis, 23 Februari 2023.
Menurutnya, partai yang menolak proporsional tertutup seperti Partai NasDem menandakan memiliki kader berkualitas dan ingin partisipasi masyarakat untuk dilibatkan.
"Begini kalau ada partai yang memperjuangkan proporsional tertutup mereka punya kader di mata publik yang baik," ujarnya.
Sebab, dengan proporsional tertutup akan membuat banyak calon potensial dari partai yang sebenarnya didukung masyarakat akan sulit menang karena tidak mendapatkan dukungan partainya sendiri.
Kedua suara masyarakat menjadi tidak berguna karena hanya legitimasi partai dan partai yang mengelola suara masyarakat.
"Proses demokrasi di partai tidak jalan karena daftar calon partai kewenangan partai lebih tinggi untuk mengolah suara," terangnya.
Selain itu dominasi partai akan kembali seperti Orde Baru dengan keputusan absolut berada di tangan ketua partai. "Peran mereka sentral. Partai seakan-akan lebih tinggi dibanding masyarakat," kata dia.
EDITOR
Effran Kurniawan
Komentar