PLN Bukukan Laba Bersih Rp5,9 Triliun di 2020

Jakarta (Lampost.co) -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) membukukan laba bersih Rp5,9 triliun di sepanjang 2020. Laba tersebut meningkat sebanyak 38,6 persen atau setara Rp1,6 triliun dibandingkan dengan pencapaian laba di tahun sebelumnya sebesar Rp4,3 triliun.
Laba tersebut dapat bertambah menjadi Rp13,6 triliun apabila tidak mempertimbangkan pencatatan unrealised loss selisih kurs sebesar Rp7,7 triliun, serta tambahan pengakuan pendapatan dari penyambungan pelanggan sebesar Rp5,9 riliun jika pencatatannya dilakukan sama seperti 2019 yang belum menerapkan PSAK 72.
Mengutip laporan keuangan PLN, Selasa, 25 Mei 2021, tahun lalu PLN mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp345,4 triliun atau turun Rp14,2 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp359,6 triliun.
Pendapatan usaha disumbang penjualan tenaga listrik yang turun dari Rp276,1 triliun di 2019 menjadi Rp274,9 triliun, penyambungan listrik yang merosot dari Rp6,9 triliun menjadi Rp312,7 miliar, subsidi pemerintah Rp51,7 triliun menjadi Rp47,9 triliun, pendapatan kompensasi Rp22,2 triliun menjadi Rp17,9 triliun, dan pendapatan lainnya Rp2,6 triliun menjadi Rp4,3 triliun.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan capaian tersebut tidak terlepas dari program transformasi dengan melakukan efisiensi dari sisi teknis dan operasi di tengah pandemi."PLN beradaptasi dengan tantangan. Dengan peningkatan laba bersih tersebut, terbukti program transformasi dapat kami katakan berjalan sesuai rencana dan target," klaim Zulkifli.
Selain upaya efisiensi, Zulkifli menambahkan, PLN juga meningkatkan pengelolaan berbasis Good Corporate Governance (GCG), pengendalian likuiditas yang ketat, memperkuat pengelolaan manajemen risiko, dan pengelolaan keuangan yang hati-hati.
"Di sisi pengelolaan keuangan, PLN juga membangun cash war room yang dikelola secara pruden dan dimonitor on daily basis, management information system yang terintegrasi, dan sistem pengadaan yang sebagian besar terdigitalisasi," pungkas Zulkifli.
Program Transformasi yang berjalan sejak tahun lalu telah memperkuat daya tahan PLN di situasi pandemi, bahkan dapat membukukan peningkatan laba bersihnya. Meskipun sebagian besar bisnis tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan perekonomian nasional menurun, PLN berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp345,4 Triliun.
Dari jumlah tersebut, pendapatan penjualan tenaga listrik mencapai Rp274,9 Triliun, termasuk didalamnya subsidi stimulus Covid-19 sebesar Rp 13,8 Triliun membantu 33 juta pelanggan. Selain itu terdapat pendapatan subsidi sebesar Rp48,0 Triliun yang menjangkau 37 juta pelanggan dan kompensasi Rp17,9 Triliun untuk 42 juta pelanggan.
“Pencapaian ini merupakan hasil dari Transformasi PLN, yang berfokus pada peningkatan pendapatan dan menurunkan biaya pokok penyediaan, serta peningkatan layanan. Korporasi beralih dari strategi supply driven ke demand driven, inovasi-inovasi menciptakan kebutuhan dari pelanggan baru dan eksisting, dan digitalisasi untuk menekan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik,” tambah Zulkifli.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan pelayanan kepada pelanggan, PLN juga mengembangkan lini usaha di luar kelistrikan dan melakukan optimalisasi aset PLN antara lain membangun layanan internet dan infrastruktur kendaraan listrik. Kemudahan layanan dilakukan melalui Super Apps PLN Mobile. Dengan Super Apps PLN Mobile ini, layanan PLN yang tadinya belum terintegrasi, sekarang sudah menyatu dan terkonsolidasi, sehingga pelanggan dapat menggunakannya dengan sangat mudah dan cepat.
“Dengan peningkatan laba bersih tersebut, terbukti bahwa program Transformasi dapat kami katakan berjalan sesuai rencana dan target,” ujar Zulkifli.
Zulkifli menambahkan, selain upaya efisiensi, korporasi yang dipimpinnya juga meningkatkan pengelolaan berbasis Good Corporate Governance (GCG), pengendalian likuiditas yang ketat, memperkuat pengelolaan Manajemen Risiko, dan pengelolaan keuangan yang hati-hati.
“Di sisi pengelolaan keuangan, PLN juga membangun “Cash War Room” yang dikelola secara prudent dan dimonitor on daily basis, Management Information System yang terintegrasi, dan sistem pengadaan yang sebagian besar terdigitalisasi,” papar Zulkifli.
Dengan seluruh langkah efisiensi dan penghematan ini, sepanjang tahun 2020, PLN mampu menurunkan beban usaha dengan cukup signifikan. Dari yang semula beban usaha sebesar Rp 315,4 Triliun di tahun 2019, menjadi hanya sebesar Rp 301,0 Triliun di Tahun 2020. Artinya, ada pengurangan sebesar Rp 14,4 Triliun pada beban usahanya.
Usaha-usaha di atas akan terus dilakukan dalam rangka mewujudkan Transformasi PLN menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan Nomor 1 Pilihan Pelanggan untuk Solusi Energi.
EDITOR
Abdul Gafur
Komentar