Petani Tidak Rasakan Keuntungan Atas Mahalnya Harga Sayur

Lampung Selatan (Lampost.co) -- Panjangnya rantai pasokan sayuran menjadi salah satu sebab petani tidak merasakan keuntungan atas mahalnya harga sayur di pasaran. Peran pemerintah dalam mengedukasi pemasaran sangat dibutuhkan.
Salah satu petani sayur di Lampung Selatan mengatakan, terlalu banyak pelaku yang harus terlibat dalam pemasaran sayur dari petani langsung kepada pembeli atau konsumen.
"Petani yang konvensional atau belum menguasai hulu sampai hilir, akan banyak pelaku yang terlibat. Dari petani ke pengepul atau tengkulak, lalu lanjut lagi ke pedagang-pedagang lapak di pasar, dan hingga akhirnya ke konsumen. Rantai pasokan yang panjang itu membuat selisih harganya juga cukup banyak," kata Suryani, Rabu, 12 Oktober 2022.
Selanjutnya, Suryani mengatakan over supplay atau terlalu banyak penawaran juga menjadi salah satu faktor banyak petani tidak makmur. Tingginya penawaran tidak sesuai dengan permintaan di pasar.
"Misal, di pulau Jawa yang merupakan penghasil sayur, pasti akan jauh lebih murah harganya dari pada Pulau Kalimantan yang bukan penghasil sayur. Tapi kalau pendistribusian yang lebih merata akan beda cerita, itu pentingnya infrastruktur yang selalu dibangun oleh pemerintah untuk memudahkan pendistribusian seperti sayuran ini contohnya," kata dia.
Petani juga saat ini merasakan adanya penurunan daya beli masyarakat yang disebabkan naiknya harga BBM beberapa waktu yang lalu.
"Misal, yang suka makan burger tidak membeli untuk saat ini, karena harus gunakan uang untuk keperluan yang lain. Padahal bahan baku burger sendiri ada tomat, ada selada yang juga sayuran. Atau yang tadinya suka pedas, sekarang terbiasa kurangi cabai karena harga cabai mahal," kata Suryani.
Untuk itu, peran pemerintah dinilai cukup penting dalam sosialisasi dan edukasi kepada petani kampung tentang bagaimana pemasaran yang baik. Jika itu dilakukan, maka slogan Petani Berjaya akan segera terwujud.
"Saya berharap di Lampung ini ada sosok petani-petani muda yang bisa memajukan sektor pertanian. Jadi bisa ubah pemikiran bahwa pertanian sekarang tidak tentang budidaya melulu, tidak menanam dan pemanen melulu, tapi juga ada bagaimana pemasaran modernnya agar programnya pak Arinal Petani Berjaya itu benar-benar berjaya petaninya bukan yang lainnya," ujar Suryani.
EDITOR
Deni Zulniyadi
Komentar