#beritalampung#beritabandarlampung#ekbis

Pengamat: Sektor Pertanian Punya Daya Bertahan Baik Melewati Pandemi

Pengamat: Sektor Pertanian Punya Daya Bertahan Baik Melewati Pandemi
Seorang petani di Jatimulyo sedang merawat padi miliknya. Ia mengeluhkan susahnya mendapatkan pupuk. Lampost.co/Zainuddin


Bandar Lampung (Lampost.co): Pengamat ketahanan pangan Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) Teguh Endaryanto menilai aspek ketahanan pangan di Indonesia selama tiga tahun terakhir dapat bertahan dengan baik melewati pandemi Covid-19.

Dia mengatakan untuk skala Nasional khususnya di Provinsi Lampung, sektor pertanian secara umum termasuk sektor yang bertahan dibandingkan aspek-aspek lain seperti pariwisata, transportasi, dan perhotelan yang menurutnya turun drastis. 

"Aspek petanian punya daya dukung yang cukup kuat. Artinya aspek produksi ketahanan pangan, konsumsi, dan distribusi paling tidak relatif cukup aman," katanya, Rabu, 19 Oktober 2022. 

Baca juga:  Warga Diingatkan untuk Tertib Bayar Pajak Kendaraan, Telat Pajak 2 Tahun Dianggap Bodong

Berdasarkan perkembangan ketahanan pangan, Skor Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index/GFSI) Indonesia tercatat sebesar 60,2 poin pada 2022. Berdasarkan laporan Economist Impact, skor GFSI milik Indonesia mengalami peningkatan 1,7% dibandingkan pada 2021 yang sebesar 59,2 poin.

"Petani masih tetap mengusahakan produksinya walaupun tidak bisa dipungkiri persoalan harga selalu ikut menjadi pernik-pernik perjalanan petani kita," kata dia.

Dia mengatakan saat belahan dunia lain mengalami krisis pangan akibat persoalan internasional efek perang Rusia-Ukraina. "Meski ada perang global, tetapi secara umum dari kondisi Covid-19 Indonesia atau Lampung khususnya, siap dan cukup. Bahkan Provinsi Lampung penyuplai pangan ke luar wilayah Lampung," kata dia. 

"Artinya aspek pangan kita seperti padi, jagung, ubi kayu itu relatif bagus. Kemudian aspek perkebunan kita punya kopi, sawit, karet juga cukup bagus," lanjutnya.

Akan tetapi, kata dia, terkait krisis pangan Indonesia harus bersiap-siap jika kemungkinan terburuknya terjadi. "Sebenarnya kita siap dari aspek ketahanan pangan yang kita miliki. Tetapi, karena efek globalisasi negara lain ada suplai bahan baku yang dibutuhkan kita (Indonesia) tetapi kita tidak punya. Sehingga bahan baku itu menjadi bagian yang membuat kita kesulitan untuk memproduksi bahan-bahan makanan yang lain, karena tidak semuanya yang kita memiliki untuk kita produksi dalam bentuk olahan khususnya bahan-bahan baku yang kita siapkan," kata dia.

"Tapi antisipasi perlu disiapkan sedini mungkin agar tidak kaget. Ketika nanti kalau misal dalam jangka waktu satu tahun ke depan itu krisis dunia, kita siap untuk menghadapi kondisi seperti itu," lanjut Teguh.

EDITOR

Adi Sunaryo


loading...



Komentar


Berita Terkait