Menilik Kerugian Indonesia Akibat Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Jakarta (Lampost.co) -- Federasi sepak bola dunia (FIFA) memutuskan untuk mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Keputusan itu disampaikan Rabu, 29 Maret malam WIB.
"Karena keadaaan saat ini, FIFA memutuskan untuk menghapus Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 2023," tulis pernyataan di situs resmi FIFA.
FIFA juga memberikan informasi tuan rumah baru akan diumumkan secepatnya dengan tanggal penyelenggaraan yang tidak berubah.
Memang tidak dijelaskan secara spesifik yang dimaksud FIFA tentang keadaan saat ini. Namun, Exco PSSI Arya Sinulingga sempat menyebutkanpembatalan itu lantaran FIFA menyoroti keamanan pelaksanaan Piala Dunia U-20, seiring maraknya penolakan kehadiran Timnas Israel ke Indonesia.
BACA JUGA: Instagram Ganjar Pranowo Diserang Warganet Imbas Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Setelah pembatalan tersebut, tentu Indonesia mendapatkan beragam kerugian. Dari dana triliunan rupiah untuk persiapan stadion hingga sanksi yang berpotensi membuat Indonesia tidak bisa eksis di pentas internasional.
Berikut ini, rangkuman kerugian yang dialami Indonesia usai batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
1. Rugi Triliunan Rupiah
Anggota Komite Exco PSSI, Yoyok Sukawi pada 2020 menyampaikan pemerintah akan menyiapkan dana sebesar Rp600 miliar untuk Piala Dunia U-20. Nantinya, akan dibagi dua yakni Rp400 miliar untuk persiapan pelaksanaan Piala Dunia U-20 dan Rp200 miliar untuk dipakai persiapan Timnas Indonesia yang akan bertanding di Piala Dunia U-20.
Lalu, pada Juni 2022, Zainudin Amali yang masih menjabat sebagai Menpora meminta tambahan biaya Rp3 triliun dari pemerintah untuk pengembangan olahraga, di mana dana Rp500 miliar untuk persiapan Piala Dunia U-20.
Setelah itu, Kementerian PUPR juga menyuntik dana Rp314 miliar untuk renovasi stadion plus ditambah Rp175 miliar pada bulan lalu.
2. Nasib sepak bola dalam negeri terancam
Exco PSSI Arya Sinulingga juga menambahkan masa depan pemain terancam jika terkena sanksi FIFA. Sebab, jika dibanned secara internasional, maka liga 1, 2, 3 tidak diakui.
3. Peluang tipis jadi tuan rumah Piala Dunia
Kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia juga semakin tipis. Arya Sinulingga mengatakan kans untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia tidak setiap tahun, jadi butuh beberapa waktu untuk bisa terpilih kembali.
4. Peluang keuntungan dari penonton hilang
Potensi untuk meraup keuntungan dari kehadiran penonton sirna. Padahal, bisa meraup keuntungan triliunan rupiah dari penonton. "Potensi keuntungan jadi kerugian, itu juga bisa triliunan, apalagi di enam kota kan," kata Arya.
EDITOR
Effran Kurniawan
Komentar