#gempabumi#bencanaalam

Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Capai 17.500

Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Capai 17.500
Kehancuran akibat gempa yang melanda Suriah. Foto: AFP


Gaziantep (Lampost.co) -- Suhu yang membekukan memperparah kondisi para penyintas gempa besar di Turki dan Suriah. Gempa menewaskan 17.500 orang saat ini.

Saat ini, petugas penyelamat berlomba untuk menyelamatkan banyak orang yang masih terperangkap di bawah reruntuhan.

Pejabat dan petugas medis mengatakan, 14.351 orang tewas di Turki dan setidaknya 3.162 di negara tetangga Suriah akibat gempa Senin, sehingga total menjadi 17.513 jiwa.

Korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo ini diperkirakan akan meningkat tajam. Pasalnya, upaya penyelamatan melewati batas 72 jam yang para ahli bencana menganggap sebagai periode yang paling mungkin untuk menyelamatkan nyawa.

BACA JUGA: Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Jadi 7.800, Lebih dari 8.000 Diselamatkan

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengakui kekurangan setelah kritik atas tanggapan pemerintahnya terhadap gempa, salah satu yang paling mematikan abad ini.

Para penyintas dibiarkan berebut makanan, tempat tinggal, dan dalam beberapa kasus menyaksikan tanpa daya ketika kerabat mereka meminta pertolongan, dan akhirnya terdiam di bawah puing-puing.

"Keponakan saya, ipar perempuan saya, dan saudara perempuan ipar perempuan saya berada di reruntuhan. Mereka terjebak di bawah reruntuhan dan tidak ada tanda-tanda kehidupan," kata Semire Coban, seorang guru taman kanak-kanak di Provinsi Hatay Turki, dilansir dari Turkishminute, Kamis, 9 Februari 2023.

"Kami tidak bisa menjangkau mereka. Kami mencoba untuk berbicara dengan mereka, tetapi mereka tidak menanggapi. Kami sedang menunggu bantuan. Sudah 48 jam sekarang," lanjut dia.

Namun, tim penyelamat terus menarik korban selamat dari puing-puing karena jumlah korban tewas terus meningkat. Saat kritik meningkat secara online, Erdogan mengunjungi salah satu tempat yang paling terpukul, pusat gempa Kahramanmara dan mengakui adanya masalah dalam tanggapannya.

"Tentu ada kekurangan. Kondisinya jelas terlihat. Tidak mungkin siap menghadapi bencana seperti ini," katanya.

Suhu turun hingga minus lima derajat Celcius di Gaziantep Kamis pagi, tetapi hawa dingin tidak menghentikan ribuan keluarga untuk bermalam di mobil dan tenda darurat, terlalu takut untuk tinggal di rumah mereka atau dilarang kembali ke rumah mereka.

Orang tua berjalan-jalan di kota tenggara Turki, dekat dengan pusat gempa, membawa anak-anak mereka dalam selimut karena lebih hangat daripada duduk di tenda.

"Ketika kami duduk, itu menyakitkan, dan saya khawatir ada orang yang terjebak di bawah reruntuhan ini," kata Melek Halici, yang membungkus putrinya yang berusia dua tahun dengan selimut saat mereka menyaksikan tim penyelamat bekerja hingga larut malam Rabu.

Di Brussel, Uni Eropa merencanakan konferensi donor pada bulan Maret untuk memobilisasi bantuan internasional untuk Suriah dan Turki. "Kami sekarang berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa bersama," kata ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen di Twitter.

"Tidak seorang pun boleh dibiarkan sendirian ketika tragedi seperti ini menimpa orang-orang," pungkasnya.

EDITOR

Effran Kurniawan


loading...



Komentar


Berita Terkait