Korban Ekspokitasi Seksual di Lamteng Bertambah Jadi 36 Anak

Gunungsugih (Lampost.co) -- Korban eksploitasi seksual terhadap anak di Kabupaten Lampung Tengah yang menjerat pelaku RB (30) warga Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan bertambah menjadi 36 orang dari sebelumnya 22 anak.
Puluhan anak menjadi korban eksploitasi dengan cara video call asusila melalui aplikasi WhatsApp, merupakan murid salah satu di SD Negeri di Kecamatan Terusan Nunyai. Penambahan jumlah sebanyak 14 tersebut berdasarkan hasil mediasi pihak sekolah kepada orang tua murid. Mediasi tersebut adalah tindak lanjut dari kasus yang telah dilaporkan ke polisi.
"Berdasarkan laporan polisi yang kami lakukan LP / B / 1495 / X / 2022 / SPKT / POLRES LAMTENG / POLDA LAMPUNG, pada 04 Oktober 2022 lalu hasilnya para orang tua yang anaknya menjadi korban mengakui hal tersebut, dengan jumlah total saat ini 36 anak," kata Kepala SD Negeri tersebut, Rabu, 08 Februari 2023.
Sementara, Ketua LPA Lamteng, Eko Yuono menerangkan bahwa, telah berkoordinasi dari pihak sekolah untuk mediasi terhadap 36 korban video call asusila oleh pelaku RB.
"Pelaku melakukan video call, kemudian mengajak anak tersebut memperagakan perbuatan asusila bersama pelaku. Dari hasil mediasi, ada hal yang mengagetkan yang dilakukan pelaku kepada para murid. Dari 36 korban yang terkonfirmasi, ada satu murid berjenis kelamin laki-laki turut menjadi sasaran pelaku," kata Eko.
36 korban, semuanya telah dihubungi oleh pelaku, dan diminta melakukan hal serupa, termasuk anak laki-laki. Hingga saat ini LPA Lampung Tengah berkoordinasi dengan pihak SD melakukan pendampingan terhadap para korban dan orang tua.
"Tujuan kami, untuk mendapatkan hasil pasti dan memberikan upaya trauma healing bagi para korban. Karena banyak orang tua yang enggan untuk melaporkan hal itu. Meskipun orang tua menyadari anaknya telah jadi korban asusila melalui panggilan video call, namun enggan melapor karena baginya anaknya baik-baik saja secara fisik," kata dia.
Ia menjelaskan, perlu ada perhatian lebih terkait kesadaran anak dan orang tua dalam penggunaan media sosial. Orang tua lebih memahami dampak jangka panjang jika hal ini terus dibiarkan.
"Tujuan kami baik, agar tumbuh kembang anak tidak terganggu, dan para anak tidak menjadi korban kejahatan," kata dia.
EDITOR
Deni Zulniyadi
Komentar