Ketidakseimbangan Alam Penyebab Penyebaran Virus Corona

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Penularan virus dari binatang ke manusia bukan fenoma baru. Sebelum marak virus corona, terdapat virus mers dan mars.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesmavet Puskeswan Bandar Lampung M Rifki Fabillah menuturkan corona merupakan salah satu penyakit yang zoonosis disebabkan oleh bakteri maupun virus yang ditularkan dari hewan ke hewan atau manusia ke hewan.
Berita Terkait:
Dinkes Lamsel Pantau Orang dari Negara Terpapar Virus Corona
Pulang ke Bandar Lampung karena Virus Corona
Kemudian virus tersebut bermutasi, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, protein virus , atau faktor dari manusia.
Begitu juga di hewan. Virus tipe protein banyak sama seperti flu burung H5N1, maupun H9N1 dengan jenis virus yang berbeda. " Artinya ketika virus masuk ke hewan atau ke manusia ada reseptor yang bisa menerima ketika kena manusia bisa menimbulkan sakit, atau harus ke hewan dulu baru mutasi. " kata Rifki.
Hewan yang terkena virus bisa langsung sakit, misalnya flu burung atau resefoir seperti corona virus. Artinya ketika masuk ke kelelawar tidak menimbulkan penyakit , namuan ketika terkena manusia menyebabkan penyakit .
" Corona dulu sebelumnya juga sempat muncul yakni Sars itu juga masuk jenis corona. Virus corona bermutasi, kemudian mers dan lain-lain. Di Timur Tengah juga ada corona virus, mutasi dari unta ke manusia dan sekarang jenis coronanya beda lagi yang berasal dari kelawar dan ular," sebutnya.
Kemunculan virus corona dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ketidak seimbangan alam. Faktor geografis, perubahan iklim cuaca, sehingga virus berkembang biak, karena dia bermutasi artinya virus sendiri juga berkembang.
" Yang dikhawatirkan sekarang ini emerging disiase yakni penyakit yang baru muncul atau bermutasi virus macem-macem dengan gejala baru atau spesies lain ," paparnya.
Meski belum diketahui secara pasti penyebab penularan virus tersebut, namun roses penularan virus corona ke manusia bisa disebabkan dari konsumsi, atau proses masak.
EDITOR
Setiaji Bintang Pamungkas
Komentar