Kerugian Akibat Matinya Ikan di Keramba Danau Ranai Capai Rp2 miliar

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung mencatat hingga saat ini sekitar 100 ton ikan ditemukan mati di Danau Ranau, Lumbok Seminung, Lampung Barat. Kerugian akibat peristiwa ini mencapai Rp2 miliar.
Kepala Bidang Perikanan Budi Daya dan Penguatan Daya Saing DKP Provinsi Lampung Marliana mengatakan bahwa dari total ikan yang mati di Danau Ranau tersebut, mencakup 150 pembudidaya keramba jaring apung (KJA) yang terbagi menjadi 12 kelompok budi daya.
"Untuk jumlah unit KJA lebih kurang 500 buah, dengan masing-masing 2 plong ukuran 7x14 meter persegi. Menelaah dari kejadian tersebut, kondisi unit plong yang rapat antara satu dengan lainnya menjadi perhatian kami sehingga ikan tidak begitu leluasa berkembang," jelas dia.
Selain itu, penyebab kematian mayoritas ikan nila di kawasan danau tersebut karena DO (oksigen terlarut dalam air) rendah yaitu DO malam hari terpantau hanya 0,8 - 1,7 mg/liter dan siang sebesar 2,5 -3 mg/liter. Sedangkan ambang batas aman DO minimal 3 mg/liter.
"Sedangnya untuk DO di Danau Ranau kondisi normal 6-8 mg/liter, inj menjadikan kondisi air tidak menjadi ikan nyaman. Karena DO rendah disebabkan oleh upwelling yaitu terjadi naiknya bahan organik dari dasar perairan ke atas akibat arus bawah ke atas," katanya.
Marliana mengatakan jika arus bawah ke atas terjadi karena perbedaan suhu yg besar antara permukaan air dan dasar perairan (permukaan suhunya tinggi dan dasar rendah).
"Oksigen terlarut di perairan banyak terserap untuk mengoksidasi bahan organik tersebut sehingga menurunkan DO," jelas dia.
Parameter lainnya, lanjutnya, yakni yang mendukung terjadi upwelling adalah warna perairan yang terdampak berubah dari bening menjadi keruh kehitaman.
"Sehingga menyebabkan sirkulasi air terhambat, tempat padat itu menjadikan ada endapan material organik di bawah sisa pangan dan kotoran ikan sehingga terjadi pengadukan karena adanya arus dari bawah naik ke atas dan ikan mati," katanya.
Menyikapi hal tersebut, ia mengatakan jika pihaknya terus lakukan sosialisasi secara masif khususnya ke pembudidaya untuk bisa menjual ikan jika ukuran dan usianya sudah layak dijual.
"Karena sebenernya ikan yang ditemukan mati rata-rata kondisinya sudah besar dan layak dijual, tapi nelayan banyak yg ditahan untuk dijual lebaran agar harganya tinggi," ujarnya.
Adapun untuk bantuan dari Pemprov Lampung sendiri pihak nya berencana akan pasang plang peringatan untuk diingatkan kejadian ini dapat menjadikan pelajaran, masyarakat diimbau bisa mengatur jarak antar kerambah.
"Sosialisasi masif harus dilakukan, dan dorongan kita agar pembudidaya ini bisa bergabung KPB, Alhamdulillah mereka semua mau karena banyak keuntungan bergabung salah satunya mendapat perlindungan," katanya.
Menurutnya, dengan banyak nelayan atau pembudidaya bergabung KPB akan menjadikan lebih muda dalam hal permodalan.
"Untuk kejadian ini pembudidaya merasa dengan bergabung KPB akan mudak untuk mendapat pembinaan dari Pemerintah sehingga bisa meminimalisir terjadi kerugian," ujarnya.
EDITOR
Sri Agustina
Komentar