Kearifan Lokal Cegah Konflik di Tengah Keberagaman

Kalianda (Lampost.co)-- Forum Keserasian Sosial (FKS) Desa Rejomulyo, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, terus menggalakkan penguatan kearifan lokal di wilayah tersebut. Sebab, dengan kearifan lokal mampu mencegah konflik sosial di tengah keberagaman budaya dan adat istiadat.
Ketua FKS Desa Rejomulyo, Sutrisno mengatakan penguatan kearifan budaya lokal mengandung filosofi bangsa Indonesia tentang pentingnya perdamaian, menjaga keharmonisan, kerukunan, dan lain sebagainya. Melalui program keserasian sosial, diharapkan konflik di tengah masyarakat dapat diredam.
"Salah satu penyebab terjadinya konflik sosial di lingkungan masyarakat karena mulai meredupnya budaya kearifan lokal masyarakat. Untuk itu, penguatan kearifan lokal mampu mencegah konflik sosial," katanya, Kamis, 9 Januari 2020.
Dia mengatakan salah satu budaya kearifan lokal yang mulai ditinggalkan, yakni budaya bergotong-royong. Padahal, budaya gotong royong tersebut dapat memperkuat kebersamaan masyarakat untuk mencegah terjadinya konflik sosial.
"Budaya kita adalah bergotong-royong. Tapi kini sudah mulai meredup. Padahal, budaya tersebut merupakan perekat kebersamaan dan kekompakan yang bisa mencegah terjadinya konflik sosial di lingkungan masyarakat," kata dia.
Untuk itu, kata Sutris, melalui keserasian sosial pihaknya akan memperkuat kearifan lokal, yakni menghidupkan budaya bergotong-royong yang sudah meredup. Hal itu diharapkan ke depan bisa menciptakan masyarakat desa yang tenteram dan damai, jauh dari konflik sosial.
"Salah satu hal kecil yang bisa dihidupkan kembali misalnya bergotong-royong dalam membersihkan dan mengamankan lingkungan desa, serta menghidupkan kembali budaya bermufakat. Dengan begitu, masyarakat bisa berperan dalam mengisi pembangunan desa yang jauh dari konflik sosial," kata dia.
EDITOR
Muharram Candra Lugina
Komentar