Kaum Perempuan Prancis Kecam Macron

Paris (Lampost.co) -- Kebijakan terbaru Presiden Prancis Emmanuel Macron secara bertubi-tubi ditentang sejumlah elemen masyarakat, tidak terkecuali kaum perempuan.
Kenaikan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun dinilai menindas masyarakat berpenghasilan rendah dan ribuan perempuan yang bergabung dengan kelompok buruh yang lebih dulu menggelar demonstrasi.
Hal itu menandakan penentangan yang terus berlanjut terhadap reformasi kontroversial yang menurut jajak pendapat ditolak oleh dua tiga perempat wanita Prancis. Sekitar 100 ribu perempuan turun ke jalan-jalan di Prancis, mereka menyuarakan protes dengan beragam cara.
BACA JUGA: Ayatullah Ali Khamenei: Tindakan Macron Sangat Bodoh
Terdapat perempuan yang menari mengikuti lagu bertajuk Aku akan Bertahan karya Gloria Gaynor.
Seorang penerbit berusia 54 tahun mengatakan dirinya bergabung dalam aksi sebagai solidaritas untuk perempuan berpenghasilan rendah.
"Saya mengecam reformasi yang dihancurkan dengan cara yang tergesa-gesa dan brutal, tanpa konsultasi dan ditentang habis-habisan," kata dia.
Menurut dia perempuan yang bekerja dibayar rendah dan akibatnya uang pensiun mereka pun jauh lebih rendah daripada laki-laki. Namun beban kerja perempuan jauh lebih melelahkan.
"Bekerja dengan jam kerja yang tidak masuk akal selain merawat bayi dan orang tua,” katanya.
Dia merujuk pada fakta penerimaan uang pensiun perempuan rata-rata 40% lebih rendah daripada laki-laki. Kenaikan usia pensiun dapat menambah beban kaum perempuan Prancis.
Macron mempertaruhkan citra reformisnya pada pengesahan batas usia pensiun, yang menurut jajak pendapat ditentang sekitar dua pertiga warga Prancis, termasuk oleh 74% perempuan.
EDITOR
Effran Kurniawan
Komentar