Suohtnbbs

Jalan Rusak Sulitkan Warga Suoh Jual Hasil Pertanian

Jalan Rusak Sulitkan Warga Suoh Jual Hasil Pertanian
Pertanian di Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Lampost.co/Andi Apriadi


Lampung Barat (Lampost.co) -- Masyarakat Dusun Sukaraja, Desa Sukamarga, Kecamatan Souh, Kabupaten Lampung Barat, terus berinovasi untuk menambah penghasilan. Salah satunya dengan membentuk kelompok petani organik (KPO) yang memproduksi beras organik. Namun, untuk menikmati hasilnya, warga masih kesulitan karena banyak menemui jalan yang rusak parah sebagai akses menjualnya.

Dibentuknya KPO, guna memfasilitasi warga yang dahulunya sebagai perambah dan pemburu di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) untuk belajar bertani organik. 

Ketua KPO Lambah Souh, Edi Santoso, mengatakan pihaknya selalu siap memfasilitasi dan membantu warga yang ingin belajar bagaimana bertani organik khususnya produksi beras organik. "Mau mantan perambah dan siapa saja boleh ikut belajar untuk bertani organik dan kami siap membantu," ujarnya, Rabu, 23 Desember 2020.

Edi menjelaskan bahan pupuk organik yang digunakan untuk memproduksi beras organik berupa kompos yang terbuat dari kotoran sapi kotoran sapi, daun Gamal, gedebog pisang disemprot mol di fermentasi 21 hari. "Untuk POC terbuat dari urin sapi, air cucian beras, daun Gamal dan mol. Sedangkan mol terbuat dari bakteri dari akar bambu," kata dia.

Ia menuturkan kelompok petani organik terbentuk sejak tahun 2018 dan idenya dari beberapa anggota sekolah lapangan berkelanjutan yang diadakan salah satu organisasi lingkungan. 

"Beras organik yang kami produksi bersertifikasi dari lembaga organik Inofice yang didanai dinas terkait. Jadi beras organik yang kami produksi aman," terangnya. 

Namun, dirinya menyayangkan beras organik yang dikelola sebagian warga Desa Sukamarga, belum dapat dijual disekitaran Kota Bandar Lampung dan wilayah lainnya. 

"Kendalanya akses jalan rusak. Sehingga sulit menjual hasil produksi beras organik dan hasil pertanian lainnya dari Souh ke Bandar Lampung dan daerah lainnya. Apalagi saat musim hujan yang membuat jalan licin," paparnya. 

Dia mengungkapkan untuk harga beras organik dijual dengan menyesuaikan modal dan produksi. Sementara untuk dijual ke Bandar Lampung harganya jelas tinggi karena jalan yang rusak sehingga biayanya mahal.

"Maka itu, kami berharap pemerintah dapat memperbaiki jalan yang rusak. Sehingga kami tidak sulit memasarkan beras organik," ungkapnya. 

Dia menambahkan anggota KPO untuk saat ini berjumlah 100 orang dan yang aktif sekitar 50 persen. Rata-rata anggota KPO yang terlibat mantan perambah di kawasan TNBBS. "Kemudian yang terverifikasi di sawah organik ini sebanyak 40 orang," tandasnya.

 

EDITOR

Effran Kurniawan


loading...



Komentar


Berita Terkait