Bungur Desa Srikaton Tetap Berkilau di Tengah Tren Akik Meredup

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Desa Srikaton, Kecamatan Tanjungbintang, Lampung Selatan, memiliki banyak potensi, mulai dari hasil tani, sumber daya manusia hingga sumber daya alam mineralnya. Salah satunya potensi batu akik jenis bungur.
Mulyadi, perajin batu bungur asal Desa Srikaton, mengatakan batu bungur yang ada di desanya sempat viral karena memiliki kualitas yang lebih baik dari batu serupa di daerah lainnya.
Dia mengungkapkan harga batu bungur variatif, mulai dari Rp100 ribu hingga jutaan rupiah. "Bergantung kilau dan warna juga dimensi," ujarnya di stan Desa Srikaton saat event Lampung Post Garden Fest, Selasa, 27 Desember 2022.
Tidak tanggung-tanggung, konsumen yang memesan berasal dari luar Lampung, seperti Surabaya, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, dan wilayah lainnya. "Untuk memperkenalkan bungur, kami juga sering ikut pameran," katanya.
Baca juga: Kiyo Cosplayer Internasional Jumpa Fans di Lampung Post Garden Fest 2022
Biasanya batu bungur digunakan sebagai hiasan cincin, liontin, bahkan pernah digunakan Presiden Joko Widodo saat upacara HUT RI pada 2021.
"Saat itu pak Jokowi memakai pakaian adat Lampung dan penutup kepalanya menggunakan hiasan batu bungur," ujarnya.
Meskipun tren batu akik sudah meredup, Desa Srikaton tetap memproduksi batu akik jenis bungur. "Biasanya dibuat menjadi aneka perhiasan sesuai pesanan," katanya.
Bahkan, pada hari pertama pembukaan event Lampung Post Garden Fest 2022, Rabu, 21 Desember 2022, salah satu batu bungur yang sudah berbentuk cincin dibeli Kapolda Lampung Irjen Akhmad Wiyagus. "Harga batu akik tersebut senilai Rp1 jutaan," ujarnya.
Kepala Desa Srikaton Sugiman begitu bangga saat Kapolda Lampung mendatangi stan Desa Srikaton membeli batu bungur.
"Terima kasih kepada Bapak Kapolda Lampung Irjen Akhmad Wiyagus yang sudah berkunjung dan membeli batu akik kami," katanya.
Dia mengungkapkan Kapolda Lampung itu juga membeli produk lain, seperti keripik, batik Srikaton, dan nasi goreng tiwul.
EDITOR
Muharram Candra Lugina
Komentar