Bendungan Way Seputih Surut Ancam Ratusan Hektar Lahan Pertanian di Lamteng

Gunung Sugih(Lampost.co)---Dampak kemarau Bendungan Way Seputih(WS) nol yang terletak di Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah, volume air surut dan berangsur mengering ratusan hektar lahan pertanian disejumlah kecamatan di wilayah hilir terancam gagal panen.
Dari pantauan Lampost.co di lokasi bendungan, debit air terlihat mulai surut. Di bawah pintu air, lumpur dan bebatuan di dasar mulai terlihat akibat pendangalan.
Sementara aliran air dari bendungan menuju irigasi yang melintasi bekecamatan Anak Tuha ,Seputih Agung, Terbanggi Besar hingga Seputih Mataram masih mengalir tetapi dengan intensitas kecil .
Baca juga: DKPTPH Mendata Ada 93 Hektare Lahan Pertanian di Lampung Terdampak Kekeringan
Jumadi salah satu petani di kampung Aji Tua mengatakan air dari irigasi sudah sebulan terakhir tidak lagi mengalir ke sawah. Padahal tanaman jagung dan padi petani mengandalkan suplai air dari Bendungan Way seputih(WS) untuk kebutuhan bercocok tanam petani setempat.
"Sudah sebulan lalu,air dari Bendungan WS nol tidak mengalir ,karena airnya surut dan kering dampak kemarau,"kata Jumali,Minggu,17 September 2023.
Baca juga: Lahan Pertanian Seluas 497 Hektar di Lampung Barat Beresiko Kekeringan
Menurut dia apabila tidak ada pasokan air dalam waktu dekat bisa dipastikan ratusan hektar lahan pertanian yang sudah ditanamani padi dan jagung mati dan terancam gagal panen.
"Lahan sawah pecah pecah , tanaman padi mulai kering terbakar matahari, kulit jagung juga mulai layu tunasnya,"keluhnya.
Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh petani agar tanaman tetap hidup, yakni dengan cara menyedot air dari lebung dan rawa di sekitar pesawahan ,namun karena cuaca panas ekstrim kemarau yang berlangsung saat ini,sumber air di wilayah itu juga kering seperti kondisi bendungan Ws nol tidak ada airnya.
"Kami berharap pemerintah memberikan sosialisasi akan ada kemarau panjang kepada kami , sebelum petani bercocok tanam,untuk menghindari kerugian akibat gagal panen,sebab biaya tanam sangat tinggi mulai dari bajak , pupuk hingga perawatan," keluhnya.
Sementara Suranto petani di Bandar Jaya Timur mengaku aliran air dari irigasi menuju lahan pertanian sudah lama tidak mengalir ke sawah .
"Petani disini selalu kesulitan mendapatkan pasokan air dari irigasi pada musim kemarau,oleh karena itu kami beralih dari tanaman padi ke tanaman jagung dan singkong yang dinilai tahan panas dan tidak terlalu memerlukan air secara berlebihan,"katanya.
EDITOR
Nurjanah
Komentar