BBM Premium Dinilai Membahayakan Kesehatan dan Lingkungan

Jakarta (Lampost.co) -- Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dinilai membahayakan bagi kesehatan dan lingkungan. Maka, publik diharapkan bisa meningalkan penggunaan BBM ron rendah tersebut.
Koordinator Indonesia Energy Watch (IEW) Adnan Rarasina mengatakan selain dapat mengganggu lingkungan, BBM oktan rendah seperti premium akan membuat pembakaran di dalam mesin kendaraan menjadi tidak sempurna.
"Bahaya BBM beroktan rendah seperti premium akan mencemari lingkungan, yang pada ujungnya akan berdampak pula pada kesehatan manusia," ungkap Adnan, Rabu, 25 November 2020.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
- Happy
- Inspire
- Confuse
- Sad
Selain mencemari lingkungan, Adanan menilai hal itu akan berisiko menyebabkan gangguan pernafasan. Karena itu, langkah pemerintah bersama PT Pertamina (Persero) mendorong penggunaan bahan bakar ron tinggi seperti Pertamax, sangat bagus untuk mengurus dampak buruk polusi.
"Sangat tepat kebijakan untuk terus edukasi publik untuk tidak lagi menggunakan premium," ungkap dia.
Pengamat otomotif Jusri Pulubuhu menambahkan jika masyarakat terus diedukasi, secara perlahan dampak buruk BBM oktan rendah akan disadari. Secara perlahan pula publik akan menyadari dampak positif menggunakan BBM ron tinggi.
Pemerintah pun disarankan tak ragu untuk mulai sepenuhnya menyalurkan BBM ron tinggi. Pemerintah sebenarnya hanya perlu melakukan stop produk BBM oktan dan cetane rendah.
Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat menggunakan BBM ron tinggi karena memiliki banyak kelebihan, mesin awet, tenaga kendaraan terjaga, dampak buruk terhadap lingkungan juga lebih kecil, dibanding bahan bakar oktan rendah.
"Hanya saja pemerintah perlu mempercepat, agar progam ini terealisasi dengan cepat," ungkapnya.
Berdasarkan risetKomite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), konsumsi BBM oktan rendah bisa memicu berbagai penyakit, termasuk kanker. BBM oktan rendah akan membuat pembakaran di dalam mesin menjadi tidak sempurna. Ini karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar hanya karena tekanan mesin bukan karena percikan api dari busi.
EDITOR
Medcom
Komentar