Bandar Lampung Belum Miliki Infrastruktur Pemilahan Sampah

Bandar Lampung (Lampost.co) -- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan kerugian ekonomi akibat timbulan sampah makanan mencapai Rp213--551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Hal itu berdasarkan riset terhadap timbulan sampah makanan yang dihasilkan pada 2000-2019.
Tanpa pengendalian, timbulan sampah makanan pada 2045 diestimasikan dapat mencapai 344 kg per kapita per tahun.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Lampung, Irfan Tri Musri menyebut Kota Bandar Lampung belum memiliki penanganan spesifik terhadap sampah berdasarkan kategori jenisnya.
"Jika bicara di Bandar Lampung, belum ada penanganan yang spesifik terhadap sampah organik, anorganik maupun sampah-sampah sisa makanan ataupun food waste," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Kamis, 02 Februari 2023.
Menurutnya, Kota Tapis Berseri tidak memiliki infrastruktur pemilahan sampah. Belum ada sampah yang terpilah mulai dari tingkat TPS hingga TPA.
"Mungkin sudah ada masyarakat yang melakukan pemilahan sampah. Tapi pada kenyataannya, ketika sampah ini kita buang ke TPS maka sampah tersebut akan kembali bercampur menjadi satu," kata dia.
Ia berharap pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap pemilahan sampah. Selain itu, gaya hidup masyarakat perlu diubah agar dapat meminimalisir timbulan sampah.
"Ini juga berkaitan dengan gaya hidup masyarakat kita juga. Seharusnya bisa minimalisir timbulan sampah dari sisa makanan," kata dia.
Lebih lanjut, Irfan menyebut sampah makanan atau food waste tengah menjadi tren di banyak wilayah baik secara nasional maupun global. Adanya food waste bukan berarti hanya memunculkan timbulan sampah. Namun, akan ada akumulasi-akumulasi lain akibat timbulan sampah tersebut.
EDITOR
Deni Zulniyadi
Komentar