100 Ribu Lebih Warga Gunungkidul Terdampak Kekeringan

GUNUNGKIDUL (Lampost.co) -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat dampak kekeringan telah menjangkau lebih dari 100 ribu warga. Sebagian pun mulai meminta pasokan bantuan air bersih.
"Jumlah jiwa terdampak kekeringan mencapai 101.181 warga di sejumlah kecamatan," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki dihubungi, Rabu, 15 Juli 2020.
Edy mengatakan, ada enam kecamatan telah melaporkan kasus kekeringan pada Juli 2020. Yakni Kecamatan Girisubo, Paliyan, Rongkop, Saptosari, Semanu, dan Tepus
"Dampak ini bisa meluas. Saat puncak musim kemarau, daerah yang biada melaporkan kekeringan ada Gedangsari, Ngawen, Patuk, dan Semin," ujarnya.
Edy menerangkan, Kecamatan Semanu menjadi daerah terdampak parah karena telah meminta bantuan pasokan air bersih. Pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan untuk mengutamakan desa terdampak kekeringan paling parah.
"Kami harapkan akses pintu masuk di perkampungan atau desa yang sempat ditutup saat pandemi covid-19 bisa kembali dibuka saat melakukan dropping air," kata dia.
Ia mengungkapkan, sejak Mei 2020 Kabupaten Gunungkidul telah berstatus siaga darurat kekeringan. Ia mengungkap, status itu ditetapkan agar masyawarakat waspada.
Dengan status itu, BPBD Gunungkidul menganggarkan sekitar Rp700 juta untuk bantuan air bersih. Pihaknya akan menggandeng pihak ketiga untuk mengantisipasi potensi kekurangan anggaran.
"Kekeringan masih akan terus berlangsung. Diperkirakan puncaknya pada September mendatang," ujarnya.
Camat Girisubo, Arif Yahya mengatakan, telah memiliki anggaran sekitar Rp90 juta untuk bantuan air bersih. Penyaluran bantuan akan melibatkan tangki swasta.
"Mobil (milik kecamatan) ada, tapi tak ada alokasi anggaran untuk operasional, jadi tidak kami jalankan," ungkapnya.
EDITOR
Winarko
Komentar